Dalam Catur Eswarya Dala sebagaimana disebutkan Hyang Naga Taksaka bersama Ida Bhatara Sambhu berstana di Pura Pengubengan, yang juga dijelaskan dalam Lontar Prekempa Gunung Agung sebagaimana disebutkan
babad bali dalam artikel Pura Gua Lawah
, Dewa Iswara menjadi Naga Taksaka sebagai Bhatara Tengahing Segara.
Sehingga dalam upacara yadnya, selain Naga Taksaka sebagai simbol penguasa alam atas yang biasanya digambarkan dalam umbul-umbul, Naga Taksaka juga disimbolkan dalam sebuah daksina sebagai simbolis penghubung antara Jiwatman yang tidak akan berakhir sampai terjadinya pralina manusia itu sendiri.