all about bali and culture
Posted by : Jukutbuangit.blogspot.com
Saturday, December 17, 2016
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Latar belakang disusunnya makalah
ini pertama untuk memenuhi tugas, kedua penulis melihat bagaimana pentingnya
masalah integrasi social dan mobilitas sosial, itu terbukti jika kita
perhatikan disetiap literature kajian tentang sosiologi, maka integrasi dan
mobilitas social itu memang penting bagi masyarakat. Karena memang integrasi
merupakan suatu pola hubungan yang mengakui tentang adanya perbedaan dalam
masyarakat dan dengan adanya mobilitas social kita dapat melihat pergerakan
social dalam masyarakat akan terjadi setiap saat. Walaupun makalah ini hanya
membahas sepintas saja akan tetapi mengandung penafsiran yang amat luas, semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa inggris
"integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi
sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
1. Pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
2. Membuat
suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan,
disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau
kemasyarakatan.Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu
yang tertentu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran
tersebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuikan, menyatu, atau melebur
sehingga menjadi satu. Banton
(dalam Sunarto, 2000: 154) mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola hubungan
yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan
makna penting pada perbedaan ras tersebut. Menurut
pandangan para penganut fungsionalisme structural, system social senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut:
·
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi
di atas tumbuhnya consensus di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang
nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental.
·
Masyarakat terintegrasi karena berbagai
anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan social
(cross-cutting affiliations).
Suatu
integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi
secara sosial budaya.Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat
terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara
berbagai kelompok.
Masalahnya
adalah, di sisi yang lain, perbedaan adalah Sunnatullah. Setiap manusia
diberikan kebebasan untuk menggunakan akal dan nuraninya untuk mencari jalan
yangterbaik menuju Allah. Dalam term ini, Islam (Syariah) sebagai sistem nilai
yang idiil hampir menemukan kemapanannya. Tentunya kesatuan tauhid akan keesaan
Allah dankerasulan Muhammad SAW adalah mutlak. Kemapanan ini akan berbeda
ketika sudah memasuki wilayah sosiologis masyarakat beragama.
2.2. Pentingnya Integrasi
Pentingnya Integrasi Nasional munculnya rasa
keberamaan ini dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan nasib, kebutuhan, kondisi
dan cita cita dari beberapa manusia. perasaan yang sama menjadikan mereka
tidual mudah untuk diadu domba dan terpecah belah, tetapi memunculkan semangat
persatuan dan kesatuan serta semangat untuk berbuat demi kepentingan bersama
oleh karna itu membangun integrasi nasional itu sangat penting pada kehidupan
bernegara dan juga mewujudkan cita cita, dan tujuan negara bahkan memelihara
rasa kebersamaan. Enam
faktor yang perlu diperhatikan untuk membangun integrasi nasional yang mantap
dan kokoh di Indonesia. sebagai berikut adanya kemampuan dan kesadaran bangsa
dalam mengelola perbedaan sara dan keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang
tumbuh dan berkembang diwilayah nusantara. perbedaan tersebut hendaknya
dimaknai sebagai kekayaan dan potensi bangsa bukan dipertentangkanadanya
kemampuan untuk mereaksi penyebaran ideologi asingadanya kemampuan untuk
mereaksi dan mencegah dominasi ekonomi asingmampu berperan aktif dalam
percaturan dunia di era globalisasi dalam berbagai aspeknyabertekad untuk
membangun sistem budaya sesuai dengan ideologi nasional (pancasila) dan UUD
1945 menyelenggarakan berbagai kegiatan
budaya dengan cara melakukan pengkajian kritis dan sosialisasi terhadap
identitas nasional seperti bahasa Indonesia, lagi Indonesia Raya, bendera Merah
Putih dan Garuda Pancasila Tujuh cara yang diyakini mampu membangun integrasi
nasional sebagai berrikut Anggota masyarakatnya merasa berhasil salign mengisi
kebutuhan kebutuhan satu dengan lainnyaterciptanya kesepakatan (konsensus)
berrsama mengenai norma norma dan nilai nilai sosial yang dilestarikan dan
dijadikan pedomannorma norma dan nilai nilai sosial dijadikan aturan baku dalam
proses integrasimengembangkan dan membangun kebanggaan akan identitas nasional
dalam benruk lambang negara, dasar negara, lagu kebangsaan, bahasa nasional dan
bndera nasionalmelaksanakan kegiatan pembangunan yang adil sehingga penigkatan
kesejahteraan rakyat meratamembangun rasa keadilan rakyatmenjaga dan membangun
rasa aman dan tentram.
2.3. Kebutuhan Manusia
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat
tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik
maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut pandangan para
penganut funsionalisma struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas
dua landasan berikut :
1.
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya consensus
(kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai
kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
2.
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi
anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap
konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya
akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities)
dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat
terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara
berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar
masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai,
norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
2.4 Motivasi
Motivasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang
yang membangkit topangan dan mengarah tindak-tanduknya. Motivasi meliputi
faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan
tingkah laku manusia. Prasangka
dan Diskriminasi dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi
masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang memilikinya.
Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia, membuat sikap cenderung
membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka. Apabila individu
mempunyai prasangka dan biasanya bersifat diskriminatif terhadap ras yang
diprasangka. Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan,
biasanya orang yang bersangkutan mencoba mendiskiminasikan pihak-pihak lain
yang belum tentu salah, dan akhirnya dibarengi dengan sifat Justifikasi diri,
yaitu pembenaran diri terhadap semua tingkah laku diri.
Motivasi
juga bias di bilang dorongan yang berasl dari dalam diri seseorang untuk
bertindak. Dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Meski
pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri manusia dan faktor luar
(lingkungan) hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut, terdapat dikotomi
Motivasi, yakni Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik
merupakan dorongan yang secara murni berasal dari dalam diri individu tanpa
adanya pemicu atau stimulus dari lingkungan. Sedangkan Motivasi Eksterinsik
merupakan motivasi yang sebagian besar dipengaruhi uleh rangsangan dari luar
diri individu, yakni lingkungan. Fokus motivasi adalah pada dasarnya adalah
pencapaian tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul,
terarah, dan mempertahankan perilaku untuk mendapatkan keinginannya. Motivasi
yang ada pada setiap orang tidaklah sama, sebab lahirnya motivasi sangat
dipengaruhi oleh sifat dasar individu (motivasi intrinsik), kenyataan yang
diperoleh (motivasi ektrinsik), perbuatan yang pernah dilakukan, minat, bakat,
angan-angan dan cita-citanya.
2.5. Kepemimpinan
Keterampilan
kepemimpinan diperlukan untuk mengelola sumber waktu yang sangat tergambar pada
keterampilan komunikasi interpersonal. Pemimpin adalah sumber dan model peran
bagi bawahan dalam bagaimana mengelola waktu. Fungsi
manajemen termasuk dalam menggunakan sumber waktu secara bijaksana lebih
berhubungan dengan produktivitas. Manajer harus mampu memprioritaskan aktivitas
fungsional unit untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang. Pemimpin atau manajer yang berhasil
mengintegrasikan keterampilan kepemimpinan dan fungsi manajemen; mereka
mencapai tujuan unit dengan tepat waktu dan cara yang efisien dalam usaha kerja
sama dengan bawahannya. Mereka juga menghargai waktu sebagai sumber unit yang
bernilai dan berbagi tanggung jawab untuk menggunakan sumber tersebut dengan
bawahannya. Pemimpin atau manajer yang terintegrasi dengan keterampilan
manajemen waktu yang baik adalah mampu mempertahankan pengawasan sepanjang
waktu dan keterbatasan energi dalam dirinya dan kehidupan profesionalnya. Dalam suatu organisasi, kelompok atau
masyarakat pada umumnya pasti ada pemimpinnya. Bahkan, suatu masyarakat yang
ingin berkembang membutuhkan tidak saja adanya pemimpin namun juga bentuk dan
tipe kepemimpinan yang mampu mengarahkan dan memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, sekaligus menegakkan aturan main yang telah disepakati oleh
kelompok masyarakat tersebut. Ada
korelasi antara tipe kepemimpinan yang berkembang di suatu masyarakat dengan
sistem kepemerintahan dalam masyarakat
tersebut. Sebagai contoh, sistem kepemerintahan monarkhi akan mengembangkan
tipe kepemimpinan yang menempatkan raja sebagai pemimpin tunggal yang bisa jadi
memiliki kecenderungan otoriter.
Secara
konseptual Kepemimpinan (leadership) dibedakan dengan Kekepalaan (Headship).
Kepemimpinan merupakan proses interaksi
antara seseorang (pemimpin) dengan sekelompok orang yang menyebabkan orang
seorang atau kelompok berbuat yang sesuai dengan kehendak pemimpin. Kepemimpinan yang efektif adalah yang
mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Efektivitas seorang pemimpin
mensyaratkan agar pemimpin tersebut memperlakukan orang lain dengan baik,
sementara memberikan motivasi agar mereka menunjukkan performa yang tinggi
dalam melaksanakan tugas. Headship
lebih mengacu pada hirarkhi pada suatu organisasi yang menyangkut tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang telah ditentukan secara formal. Seorang
kepala belum tentu leader, sedangkan seorang leader belum tentu memiliki
kedudukan sebagai kepala.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Integrasi berasal dari bahasa inggris
"integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi
sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
2.
Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu
hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut
mengandung arti masuk ke dalam, menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga
menjadi satu.
Menurut
William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial
adalah:
a.
Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan-kebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik
berupa sandang dan pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh
budayanya. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu
saling menjaga keterikatan antara satu dengan lainnya.
b
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai
norma-norma dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman
dalam berinteraksi satu dengan yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang
di larag menurut kebudayaannya.
c.
Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara
konsisten serta tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku
dalam melangsungkan proses interaksi sosial.
3.2 Saran
Apabila terjadi konflik antar individu atau individu
dengan kelompok, maka yang pertama kali harus di lakukan adalah melakukan
integrasi sosial, karena suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat
tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik
maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
diakses tgl, 30 Januari 2014
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/integrasi-sosial.html,
diakses tgl, 30 Januari 2014
http://sosiologikita166.blogspot.com/2012/12/integrasi-sosial.html,
diakses tgl, 30 Januari 2014
M, Idianto. 2005. Sosiologi Untuk SMA
Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Maryati, Kun dan Juju Suriawati. 2007.
Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas XI. Bandung:
PT.Gelora Aksara Pratama
Kun Maryati dan Juju Suryawati. 2007.
Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta : ESIS.
:>)
ReplyDelete